Jumat, 12 Maret 2010

John Myung ( Dream Theater )

Nama Lengkap ~ John Ro Myung

Tempat Lahir ~ Illinois, Chicago 24 Januari 1967

Pengaruh ~ Chris Squire, Steve Harris (Iron Maiden), Rush’s Geddy Lee

Tempat Tinggal ~ Long Island, New York

Sejak zaman 1980-an (saat berdirinya Dream Theater), John Myung yang orangtuanya berasal dari Korea ini beserta dua personil lainnya telah membantu Dream Theater melewati saat-saat kritis dan masa jatuh bangunnya.

Sebagai seorang pendengar antusias musik klasik, dia memilih biola semenjak masih berumur lima tahun. Hingga saat menginjak usia belasan tahun, John Myung memutuskan untuk memilih gitar bass sebagai instrumen favoritnya.

Ketika belajar di sekolah musik Berklee - Boston pada tahun 1986, Myung berjumpa dengan dua teman satu sekolahnya, gitaris John Petrucci dan drummer Mike Portnoy. Dengan ditambah seorang pemain keyboard dan seorang vokalis, akhirnya mereka membentuk sebuah grup band Majesty.

Pada tahun berikutnya mereka mendapatkan tawaran rekaman. Tetapi grup band Majesty ini ternyata hanya berumur pendek dikarenakan sebuah konflik dengan grup band di Las Vegas yang memiliki nama yang sama. Akhirnya mereka sepakat untuk merubah nama grup bandnya menjadi Dream Teater, diambil dari nama sebuah bioskop di California.

Myung, Petrucci dan Portnoy hingga detik ini masih merupakan anggota tetap Dream Theater, dan sepanjang sejarah Dream Theater telah terjadi beberapa kali bongkar-pasang vokalis dan keyboardis.

Myung agaknya telah menjadi anggota Dream Theater yang paling misterius. Dia jarang terlihat berkomentar tentang dirinya ataupun menonjolkan dirinya sendiri dalam video klip dan konser-konser Dream Theater. Fakta ini membuat banyak penggemar bertanya-tanya apakah seseorang dari mereka pernah melihatnya berbicara.

Pada kenyataannya Myung telah berbicara dalam video tutorialnya, juga saat jumpa penggemar dalam pertunjukan-pertunjukan live show Dream Theater. Bahkan jika ditanya tentang topik yang tepat -seperti memainkan tekhnik-tekhnik bas, dia akan berbicara untuk jangka waktu yang panjang.

Kepribadian misteriusnya lebih terasa saat pertunjukan Dream Theater di Jerman. Secara tiba-tiba Myung mendatangi James LaBrie seraya men-tekel-nya gaya American football. Baik hadirin maupun personil band lainnya banyak yang kebingungan dan keheranan. Kejadian ini kelak dikenal sebagai "gasakan Myung".

Diluar tindakan itu, Myung terkenal dengan prinsip disiplin berlatihnya yang tinggi. Baik Kevin Shirley pada "Metropolis 2000: Scenes From New York DVD" maupun mantan keyboardis Dream Theater Derek Sherinian dalam situs pribadinya menyatakan bahwa John Myung sejauh yang mereka tahu adalah satu-satunya musisi yang melakukan 'warming-down' setelah pertunjukan live show. Dalam sebuah postingan forum, John Petrucci berkata bahwa ketika dulu masih di Berklee, dia dan Myung mempunyai kesepakatan untuk berlatih sedikitnya enam jam sehari.

Di antara waktu senggangnya, Myung merupakan salah seorang anggota utama grup band Platypus sejak 1998, bersama dengan Ty Tabor (King’s X) , Derek Sherinian (eks keyboardis Dream Theater) dan Dixie Dregs drummer Rod Morgenstein. Platypus sejauh ini telah merilis tiga album, dan album terakhirnya adalah "The Jelly Jam". Myung juga memiliki sebuah video tutorial "Progressive Bass Concepts", dirilis tahun 1996.

dikutip dari shvoong.com

The Magic Finger " Ian Antono "


Ian Antono dilahirkan di Malang Jawa Timur pada tanggal 29 Oktober 1950 dengan nama lengkap Jusuf Antono Djojo. Ian adalah salah satu pemain gitar terbaik yang ada bumi nusantara ini.Sampai sekarang Ian masih aktif bermain sebagai personil God Bless meski dibilang usianya sudah tidak muda lagi dan segarang dulu. Dia bukan saja hanya sebagai pemain gitar saja tetapi sebagai arranger, composer juga produser, Anggun C Sasmi, Nicky Astria adalah yang lahir dari tangan dinginnya. Cara bermain gitar Ian banyak memberikan inspirasi bagi pemusik dibawahnya, terutama para gitaris muda Indonesia.

Ian Antono memulai karir sekitar tahun 1971 bersama Abadi Soesman saat bergabung dengan Bentoel Band, dan juga sebagai arranger beberapa artis penyanyi pada saat itu seperti Anna Matovani, Emilia Contessa, Trio The Kings. Ian bertahan bersama Bentoel Band selama tiga tahun, karena pada tahun yahun 1974 dia bergabung bersama God Bless. Tahun 1975, God Bless merilis debut album yang juga bertitel God Bless, dibawah bendera Pramaqua, dengan hits-nya Huma di Atas Bukit,dan She Pass Away. Ketika supergrup dunia Deep Purple manggung di Indonesia (1975), grup ini mendapat kehormatan jadi band pembukanya. Pada tahun 1977 Ian menggarap album Albar dan Ucok dengan nama Duo Kribo dengan hits Neraka jahanam.Tahun 1978 Album Duo Kribo kedua dengan title Pelacur tua dirilis, dan disusul album Duo Kribo ketiga dengan title Panggung sandiwara. Tahun 1980 Album God Bless kedua (Cermin), album God Bless ketiga Semut Hitam (1988).
Di tengah aktifitasnya di God Bless, Ian Antono juga aktif di Gong 2000 dan merilis album Bara Timur (1991), Laskar (1994) dan Prahara (1996).

Ian Antono telah menerima banyak penghargaan diantaranya sebagai Arranger terbaik dan Komposer terbaik yang didapat dari album Nicky Astria (Gersang) dari BASF Award tahun 1987 - 1988, Ian juga mendapatkan HDX Award tahun 1989 untuk lagu Buku Ini Aku Pinjam (Iwan Fals), pada tahun 1992 dia mendapat BASF Awards dari Album Bara Timur (Gong 2000) sebagai The Best Selling Album dan pada tahun 1994 dengan album laskar Gong 2000, Ian mendapatkan The Best Arranger & Composer, dari HDX Award, Juga dari Diamond Achievement Award di tahun 1995 penghargaan atas dedikasi dan prestasi tinggi di dunia musik Indonesia

Ode to my ICAD


Lalu muncullah kamu.
Nongol dari perut matahari bunting,
Aku terpukau,
Aku disergap kebahagian
Rahmat itu turun bagai hujan
membuatku segar,
Tapi juga mengglgil bertanya-tanya
Aku jadi bego, nak!
Yaaah aku mencintai kamu....
Adalah bahagia dan sedih....
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku.....
Dan sedih karena kadang sejenak kita berpisah....
Kini kau adalah matahari itu....

Kamis, 11 Maret 2010

KAMUS BAHASA WALIKAN MALANG

Kamus mini ini terdiri dari kosakata sehari2 yang dipakai warga asli Arema, yang terdiri dari unsur bahasa kiwalan (terbalik) yang berakar dari bahasa Jawa dan Indonesia, bahasa prokem (slanga bukan walikan) dan dialek lokal.
Ingat, tidak semua kata bisa dibolak-balik semaunya…karena sudah jadi baku dalam percakapan sehari-hari, disamping itupun kata-kata lokal Malangan yang bukan walikan (terbalik) juga banyak dipakai.
Jangan coba-coba membuat walikan (terbalik) sendiri, karena bisa-bisa anda dianggap sebagai makhluk planet luar. Hehehehe.
Namanya juga mini ya pasti belum cukup lah..maklum hasil memulung
Lumayan kalau buat ketemu preman-preman asal Malang di Jakarta…:D

Habis itu boleh ngomong ‘Roaming dach gue!’ hahahahaa..

A
A – partikel untuk kata tanya contoh ‘iyo a?’ (apa iya?), ‘mrono a?’ (kesana?) dst
Adapes – sepeda
Adapes rotom – sepeda motor
Ambek – dengan, dan
Amrin – pacar, kekasih
Aranjep - penjara
Arema – Arek Malang
Arodam - Madura
Arudam - Madura
Asaib – biasa
Asrob – minum
Atrakaj - Jakarta
Atret – mundur
Aud - dua
Ayarabus –Surabaya
Ayas – saya
Ayem - melempem

B
Balon / Nolab – pelacur
Bes – kependekan ‘ebes’

C
Cik – ungkapan ‘betapa’ atau penyangatan spt ‘cik gedhene’ (besar banget)
Cikno - biarkan

D
Dhulin - main

E
Ebes – bapak, panggilan hormat tidak formal
Ebes kanal – bapak
Ebes kodew – ibu
Embong - jalan
Ewed – sendiri
Ewedan - sendirian

G
Gak – tidak
Gak main – tidak becus, tidak beres
Genaro – orang
Genok – tidak ada

H
Halak - kalah
Halokes – sekolah
Hamur - rumah
Helob – boleh
Hewod – bibir tebal
Holopes – sepuluh
Hulupes – sepuluh

I
Ibar – kawin, nikah
Idrek – pekerjaan
Iko – itu (jarak jauh)
Ilep – alat kelamin laki-laki
Itreng – mengerti, paham

J
Jancik – makian halus
Jancuk – makian kasar
Jès – guys, coy

K
Kadit – tidak
Kampes – celana dalam
Kana – anak
Kanyab – banyak
Kanyab tulum – banyak omong
Keat – tahi, makian
Kendho - bodoh
Kenthu – bodoh, ber*****h
Kèr – guys, coy
Kèra – (arek) orang
Kètam - mati
Kèwut - tua
Kimpet – alat kelamin wanita
Kipa - baik
Kiwal – balik
Kiwalan – walikan, terbalik
Kodew – perempuan
Koen – kamu
Koleng - mabuk
Koyes – menipu
Kubam - mabuk
Kunam – burung, alat kelamin laki-laki

L
Landas – sandal
Latab - batal
Lecep - pecel
Libom – mobil
Licek - kecil
Likis - kaki

M
Main – becus, bermain
Menclek - gila
Mengong – gila, bloon

N
Nakam – makan
Nawak – kawan
Nawak ewed – kawan sendiri
Nayamul - lumayan
Ngalam – Malang
Ngalup - pulang
Nganal – laki-laki
Nganem - menang
Ngarames – Semarang
Ngayambes – sembahyang, sholat
Ngentit - mencuri
Ngetem - hamil
Ngingub – bingung
Ngoceb – banci, bencong, waria, pondan (kata tetangga sebelah)
Niliki (nili’i) - mencicipi
Nolab - pelacur
Nyelang - meminjam

O
Oges – nasi
Ojir – uang
Ojob – suami/istri, pacar
Ojrit – iya
Omil - lima
Onit – Cina
Orip – berapa
Oskab - bakso
Osob – bahasa
Osob kiwalan – bahasa terbalik
Osi – bisa
Otos - soto
Oyi - iya

P
Plembungan - balon

R
Raijo – uang
Rudit - tidur

S
Sam – panggilan untuk laki2
Sèdeb - monyet
Silup – polisi
Sinam – manis (untuk menyebut gadis cantik)

T
Tahes – sehat
Tahil - lihat
Tènyom - monyet
Tèwur – ruwet, complicated

U
Ubab – babu, pembantu
Ubir – ribu
Ublem –masuk
Uklam – jalan
Uklam-uklam – jalan-jalan
Ukut – beli
Umak – kamu
Unyap - punya
Utem - metu

W
Wanyik – orang

Selasa, 09 Maret 2010

Mereka ada dijalan...Pada suatu sore di alun-alun kota Malang, aku melihat anak-anak kecil.telanjang kaki asik mengejar bola. Aku hampiri dan aku dekati lalu aku potret mereka, agar lebih jelas lihat dan rasakan, semangat mereka keringat mereka, dalam memenangkan permainan. Tiang gawang kumpulan sanda jepit yang mereka kenakan. Tanah lapang hanya tinggal cerita, GAJAYANA punya siapa? Yang nampak hanya para pembual saja. Anak kota, tak mampu beli sepatu. Anak kota tak punya tanah lapang. Sepak bola menjadi barang yang mahal. Milik mereka yang punya uang saja... dan sementara, mereka disini, di alun-alun ini... Bola kaki dari plastik, ditendang mampir ke langit. Pecahlah sudah kaca jendelah hati, sebab terkena bola tentu bukan salah mereka...

Berdiri dan tersenyum amankan gawang... Bola kaki dari plastik, ditendang mampir ke langit...

Gaya samba sodorkan bola...

Tak-tik..tik-tak Jegal lawan amankan gawang...

Alun-alun malang dengan burung merpatinya

Selamat kota malang Malang terpilih dalam anugerah Hijau Nasional "Malang Ijo Royo-royo.."

GOMBLOH, TUTUR SANG TRUBADUR

Oleh Denny Sakrie

Biarpun bumi bergoncang, kau tetap Indonesiaku
Andaikan matahari terbit dari barat, kaupun tetap Indonesiaku
Tak sebilah pedang yang tajam dapat palingkan daku darimu
(Kebyar-Kebyar, 1979)

Lirik yang terasa menyelinap ke wilayah jingoisme ini nyaris seperempat abad berkumandang di saat persada tercinta merayakan Proklamasi Kemerdekaan di setiap Agustus. Bahkan, tanpa sadar lagu yang ditulis dan dipopulerkan Gombloh kini secara tak resmi berdampingan dengan Padamu Negeri (Kusbini), Berkibarlah Benderaku (Ibu Sud) atau Dari Sabang Sampai Merauke (R Surarjo) sebagai national anthem atau lagu-lagu wajib nasional. Sesuatu yang mungkin tak terpikirkan Gombloh ketika menciptakan lagu ini dipertengahan era 70-an. Tetapi sebetulnya Kebyar-Kebyar bukanlah satu-satunya lagu karya cipta Gombloh yang bermotif nasionalisme.


Arkian, Gombloh yang lahir pada tanggal 14 Juli 1948 dengan nama Soedjarwoto Soemarsono, juga banyak menorehkan sederet lagu yang membangkitkan semangat nasionalisme. Simak saja Dewa Ruci (dari album Terimakasih Indonesiaku):

Dan aku nyanyikan 'Padamu Negeri'
Berbekal sala kaum sebangsa
Kau terjang aral-aral melanda
Blerbekal rasa cinta sesama
Kau tebar rasa cita manusia
Juga simaklah lagu Gugur Gugur Bunga (dari album "Berita Cuaca") :
Kau teriak merdeka, kala peluru melanda
Tersenyum engkau menyongsongnya
Tersenyum engkau dalam darah

Atau simaklah tutur Gombloh bak orator dalam Gaung Mojokerto-Surabaya (dari album 'Nadia dan Atmosphere'):

Bumi rasa bergetar diseling yel-yel menghantar
Nadiku serasa bergeletar
Merdu pekik menggelegar
Senyumlah Surabaya

Selain itu Gombloh masih menulis banyak lagu bertema cinta negeri mulai dari lagu bertajuk Indonesia Kami, Indonesiaku, Indonesiamu, Pesan Buat Negeriku, hingga BK lagu yang bertutur tentang sosok Bung Karno, sang proklamator.

Tapi Gombloh memang seolah trubadur komplit. Dia tak hanya memuja-muji tanah kelahiran, tak hanya menafsirkan pesan-pesan alam tapi juga memotret fenomena sosial kalangan working class bahkan mengedepankan kritik sosial yang tajam pula.
Betapa fasihnya Gombloh menuturkan sketsa kehidupan rakyat jelata sehari-hari memang terlihat dari deretan kata-kata yang dirangkainya dalam lagu-lagu ciptaannya seperti Doa Seorang Pelacur, Kilang-Kilang, Poligami Poligami, Nyanyi Anak Seorang Pencuri, Selamat Pagi Kotaku. Bahkan Martin Hatch seorang peneliti dari Cornell University mempelajari lagu - lagu dalam album Gombloh Berita Cuaca (1982) dan mengangkatnya dalam sebuah karya ilmiah bertajuk Social Criticsm In The Songs Of 1980's Indonesian Pop Country Singers dan dipresentasikan dalam seminar musik The Society of Ethnomusicology yang berlangsung di Toronto Kanada pada 2 hingga 5 November 2000 silam.
Dalam makalahnya Martin Hatch meneliti kekuatan dan nilai lagu-lagu karya Gombloh dalam perspektif kehidupan sosial seperti Berita Cuaca, Hong Wilaheng Sekareng Bawono Langgeng, Denok-Denok Debleng, Ujung Kulon Baloran, 3600 Detik, Kebayan-Kebayan, Hitam Putih dan Kami dan Alam.

Memasuki era 80-an,Gombloh mulai menorehkan karya-karya yang berkonotasi humor seperti lagu Lepen (singkatan Lelucon Pendek) maupun Selopen (singkatan Seloroh Pendek) yang menghasilkan sebuah idiom yang begitu lekat di khalayak ramai: Kalau cinta melekat, tai kucing rasa coklat.

Disisi lain, Gombloh yang tercerabut dari budaya pop justru tak bergeming ketika harus menghasilkan lagu seperti Kugadaikan Cintaku yang berhasil terjual diatas jumlah 1 juta keping .
Di era inilah Gombloh seolah terjerembab pada karya-karya yang berorientasi ke pasar. Lalu bermunculanlah lagu-lagu seperti Apel, Hey Kamu, Percayalah Cintaku Tetap Hangat, Karena Iseng, Arjuna Cari Cinta, Konsumsi Cinta hingga Tari Kejang. Gombloh pun mulai menulis lagu-lagu bertema pop untuk penyanyi Tyas Drastiana hingga Vicky Vendi.
Tak sedikit yang menyayangkan sikap Gombloh dalam bermusik seperti ini. Gombloh seperti tak kuat lagi mempertahankan idealisme dalam berkarya. Walhasil Gombloh memang seolah terpilah pada dua kepribadian dalam karya-karya ciptanya, antara karya-karya idealis dan karya-karya yang bermuara di wilayah komersial. Mungkin ini adalah pilihan Gombloh yang pragmatis.

Dan ini sah-sah saja. Namun justru membaurnya Gombloh dengan tema populis membuat sosoknya semakin dikenal masyarakat luas. Kini siapa yang tak mengenal Gombloh ketika tampil di layar TVRI pada acara-acara musik seperti Aneka Ria Safari dan Selekta Pop dengan dandanan yang menjadi trademark: tubuh kerempeng bersepatu kets, pakai topi, rambut dikuncir, kacamata hitam dan setelan putih-putih.
Gombloh sang trubadur yang menghembuskan nafas terakhir pada 9 Januari 1988, tak lagi hanya didengar oleh kelompok tertentu saja. Ia telah menjadi milik masyarakat banyak.
Bahkan pada 20 Juni 2003 sekelompok pemusik Surabaya tergabung dalam Kelompok Pemusik Jalanan Surabaya yang mengunjungi makam Gombloh menobatkan Gombloh sebagai Pahlawan Pemusik Jalanan. Pada 2005 oleh PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia), Gombloh dianugerahkan penghargaan Nugraha Bhakti Musik atas jasa-jasanya untuk dunia musik di Indonesia.

Sayup-sayup suara Gombloh sang trubadur menggaung dari kaset lawas Nadia & Atmosphere yang telah berusia 28 tahun. Lagu bertajuk Silhoutte Kuda Jantan ini seperti menyibak jatidiri Gombloh yang sesungguhnya :

Tak lekang hempasan zaman
Dan satu jalur pandang mataku
Idealisme kehidupan
Kemurnian yang kukuh tanpa ragu
yang menyengat harian karya

DISKOGRAFI GOMBLOH
1.Nadia dan Atmosphere (Golden Hand,1978)
2.Mawar Desa (Golden Hand,1978)
3.Kadar Bangsaku (Golden Hand,1979)
4.Kebyar Kebyar (Golden Hand,1979)
5.Pesan Buat Negeriku (Golden Hand,1980)
6.Sekar Mayang (Golden Hand,1981)
7.Terimakasih Indonesiaku (Chandra Recording,1981)
9.Pesan Buat Kaum Belia (Chandra Recording,1982)
10.Berita Cuaca (Chandra Recording,1982)
11.Kami Anak Negeri Ini (Chandra Recording,1983)
12.Gila (Nirwana,1983)
13.1/2 Gila (Nirwana,1984)
14.Semakin Gila (Nirwana,1986)
15.Apel (Nirwana,1986)
16.Apa Itu Tidak Edan (Nirwana,1987)
(Sumber: Republika, Jumat 18 Agustus 2006)

The Conductor : Documenter terbaik 2008

Sekilas membaca pesan di Millis Arema Sedunia, saya mendapatkan informasi. Sebuah film documenter, yang disutradarai oleh Andi Bachtiar Yusuf (fusuy) Wah, Koleksiku yang satu ini dipinjem temen kok belum dibalikin ya? (Sam SP, kalo kebetulan ikut baca postingan ini, ojo tersinggung Yo...he..hee)The Conductor yang menceritakan tentang kehidupan tiga orang yang berbeda status. Namun mempunyai sebuah profesi sama yang cukup unik dan menarik, yakni pemimpin paduan suara atau yang lebih dikenal dengan dirijen. Dalam karyanya, Andi menceritakan bagaimana kehidupan seorang Conductor dari mulai nol hingga telah dikenal dan menjadi pimpinan ribuan orang. Salah satu yang menarik dalam film itu adalah keikutsertaan Yuli Sumpil, seorang fans berat klub sepakbola Arema Malang, yang lebih dikenal dengan dirijennya Aremania. (Lebaran kemarin saya coba sempatkan hendak mampir ke Rumahnya, tapi gak tau sumpil gang berapa ya? ya cuma dimulut gang aja. Disamping waktu itu kota malang juga lagi diguyur hujan).Ia menjadi salah satu dari tiga peran utama dalam film itu, selain Addie Muljadi Sumaatmadja (Addie MS) seorang pemimpin kelompok musik orkestra terkenal, dan AG Sudibyo seorang dosen universitas terkenal di Jawa Barat, yang menjadi dirijen di kampus tempat dia mengajar.
Tidak cukup mendapatkan info dari millis yang isinya cuma menginformasikan bahwa The Conductor, documenter Terbaik FFI 2008 dan replay dari teman-teman dengan berbagai macam komentarnya. Kali ini saya coba mengai-ngais informasi yang lebih dari itu. Biar ujung-ujungnya adalah Copas info(Copy paste), tapi juga usaha lho, he...he... (sekedar berbagi info)
Setelah saya googling dengan kata kunci seperti judul postingan di atas, akhirnya saya dapatkan info ini dari salah satu web terkenal "kapanlagi.com" berikut adalah isi informasi tersebut.

Malam Anugerah Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2008 di Gedung Sate, Bandung, Jumat malam (12/12), telah memutuskan para pemenang dalam kategori. Dengan mengangkat tema Bangkit Menuju Citra Baru, panitia penempatkan banyak pendatang baru di dunia perfilman Indonesia menjadi yang terbaik.
Pemeran Pendukung Terbaik Pria jatuh pada pendatang baru Yoga Pratama lewat film 3 DOA 3 CINTA, begitu pun dengan Pemeran Pendukung Terbaik Perempuan Aryani Kriegenburg lewat film UNDER THE TREE. Begitu pun dengan kategori-kategori lain, yang dimenangi para pendatang baru, nama-nama beken seperti Garin Nugroho, Awi Suryadi dan Hanung Bramantyo harus tersingkir .

Sementara para pemenang dipilih melalui proses penjurian yang dilakukan oleh tim juri yang diketuai oleh Niniek L Karim untuk kategori Film Cerita Bioskop, Iwan Wahab selaku Ketua Dewan Juri Film Dokumenter, dan Hardo Sukoyo sebagai Ketua Dewan Juri Film Pendek.

Daftar lengkap pemenang Piala Citra FFI 2008 meliputi;

1. Film Cerita Bioskop Terbaik jatuh pada film FIKSI produksi Surya Indrantara.

2. Film Dokumenter Terbaik jatuh pada THE CONDUCTORS karya sutradara Andi Bachtiar Yusuf, produksi Bogalakon Pictures.

3. Film Pendek Terbaik jatuh pada CHENG CHENG PO, karya BW Purbanegara, produksi Sahabat Gloria dan Lima Enam Films.

4. Pemeran Utama Pria jatuh pada Vino G Bastian, dalam film RADIT DAN JANI, produksi Investasi Film Indonesia.

5. Pemeran Utama Wanita jatuh pada mantan model Fahrani, dalam film RADIT DAN JANI, produksi Investasi Film Indonesia.

6. Pemeran Pendukung Pria jatuh pada Yoga Pratama, dalam film 3 DOA 3 CINTA, produksi Investasi Film Indonesia dan Triximage.

7. Pemeran Pendukung Wanita jatuh pada Aryani Kriegenburg, dalam film UNDER THE TREE, produksi SET Film/Credo Cine Art.

8. Penyutradaraan Terbaik jatuh pada Mouly Surya dalam film FIKSI, produksi Surya Indrantara.

9. Penulis Skenario Terbaik jatuh pada Joko Anwar/ Mouly Surya dalam film FIKSI.

10. Penata Musik Terbaik jatuh pada Zeke Khaseli dalam film FIKSI.

12. Penata Gambar Terbaik jatuh pada Yoga Krispratama, dalam film CLAUDIA/JASMINE.

13. Penata Suara Terbaik jatuh pada Satrio Budiono, dalam film MAY.

14. Penata Sinematografi Terbaik diberikan kepada Ical Tanjung, dalam film MAY.

15. Penata Artistik Terbaik jatuh untuk Budi Riyanto dalam film UNDER THE TREE.

Penghargaan Khusus

Pada FFI 2008 Dewan Juri juga memberikan penghargaan khusus kepada Film Animasi Terbaik yakni film A KITE karya sutradara Achmad Rofiq, serta penghargaan khusus kepada Film Pendek dengan Tema Terbaik yakni film NYAWA-NYAWA MENDAMAIKAN PERSADA karya sutradara Robby Ertanto.

Festival Film Indonesia 2008 diikuti sebanyak 57 judul film cerita bioskop, 39 judul film dokumenter, dan 48 judul film. (kpl/wwn/dar)

Sumber : KapanLagi.com
Teladan itu datangnya dari Ongis Nade


Bicara soal "teladan" itu adalah "contoh yang baik" mungkin itu yang bisa saya artikan menurut pengertian saya pribadi, barangkali ada yang mau menambahkan atau mengoreksinya...?? silahkan. Ongis Nade (kata walikan dari: Singo Edan) satu julukan bagi team sepak bola Arema. Melihat judul di atas, sebagai bagian dari arema/aremania, rasanya sayang kalo gak saya abadikan disini. (mohon ijinnya pada penulis pertama artikel ini, buat copas artikelnya. Kebetulan sudah lama blog saya ini gak ada postingan baru, meskipun artikel ini adalah tak jauh dari cerita seputar film documenter. Ya, itung-itung dari pada vacum new posting... Bolehlahhhhh....

Pada suatu senja di stasiun Kepanjen, Malang, tampak seorang pemuda sedang dianiaya sekelompok lawannya. Karena tak seimbang, tentu saja dia tak berdaya dibuatnya. Tiba-tiba sesosok pria kurus datang menengahi. ”Kalau mau berkelahi jangan di sini. Ini Malang,” teriaknya kepada kelompok pemuda beringas tersebut. Pemukulan itu lantas berhenti seketika.
Pemuda yang dipukuli itu sosok fiktif dalam film arahan sutradara Andibachtiar Yusuf, Romeo Juliet bernama Rangga (diperankan oleh Edo Borne). Rangga merupakan suporter kesebelasan Persija Jakarta. Akibat jalinan asmaranya dengan Desi (Sissy Prescillia), seorang penggemar fanatik Persib Bandung dia harus menerima kenyataan pahit itu. Pasalnya The Jak, fans Persija dan Viking, fans Persib menjalin tali permusuhan.

Pemuda kurus yang melerai itu bernama Yuli Soemphil. Yuli bukan sosok fiktif, di sini dia memang berperan sebagai diri sendiri. Mereka yang pernah nonton film dokumenter The Conductors agaknya masih ingat siapa pria berkulit legam ini. Ya, Yuli adalah konduktor bagi Aremania. Ini julukan bagi suporter kesebelasan kebanggaan kota Malang, yakni Arema. Setiap kali tim berjuluk Singo Edan ini bertanding, Yuli naik di atas tiang dan memimpin yel-yel dan lagu-lagu penyemangat timnya.

Kota Malang mungkin tidak penting bagi mereka yang tinggal di ibukota. Namun di film ini sosok mereka dan Yuli Soemphil mendadak penting. Betul-betul mencuri perhatian. Simak saja ketika scene tentang mereka diperlihatkan pertama kali dalam film Romeo Juliet. Sekelompok pemuda menyanyikan lagu Topi Saya Bundar dengan Burung Yuli Besar. Rupanya mereka hidup dengan selera humor yang tinggi. Lontaran kelakar mereka menjadikan film yang beraroma macho ini mendadak lembut.

Tak segan pula arek Malang ini berbicara dalam idiom yang biasa mereka pakai yakni boso walikan Malang. Bukan hanya lewat dialog, yang menyebut ojob untuk bojo, bahasa Jawa untuk istri, bahkan lewat kaos yang dipakai bahasa itu tetap digunakan. Tengok saja tulisan Ongis Nade yang bermakna Singo Edan. Muncul sebuah kebanggaan terhadap identitas lokal.

Ternyata, masih ada satu wacana menarik dari Aremania dan pernah dibahas dalam film The Conductors. Suporter Arema ini selalu dianjurkan untuk menonton tim kesayangannya dengan membayar tiket. ”Arema bondho duit,” demikian bunyi lirik yel mereka. Artinya suporter Arema punya duit. Mereka nonton pertandingan sepakbola dengan membayar tiket, bukan modal nekad. Salah satunya dengan menjebol pagar, atau cara-cara tak terpuji lainnya.

Seiring dengan itu, Aremania seolah memberi anjuran kepada publik agar nonton film kesayangan dengan membeli tiket di bioskop. Jadi, bukannya membeli DVD bajakan, lantas ditonton di rumah. Ah, teladan itu datangnya dari lapangan sepakbola.

http://ctfriend.net/dispbbs.asp?boardid=266&Id=499110

http://www.lalulalu.com/viewthread.php?tid=1202765

Tak jelas juga, apakah pesan ini sengaja ditiupkan pula oleh sang sineas, Andibachtiar Yusuf. (bat)
Sumber : 21cineplex.com